Baik buruknya AI Berpengaruh Pada Remaja Masa Kini? - SMA YUPPENTEK 1

SMA YUPPENTEK 1

INFO

BERITA DAN KEGIATAN

Baik buruknya AI Berpengaruh Pada Remaja Masa Kini?

Halo, sobat Yuppta! Tahu gak sih?! Kalau, sekarang tuh sudah banyak sekali pekerjaan yang digantikan oleh AI, bahkan beberapa orang memakai AI untuk membantu hal-hal yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari laman Kominfo resmi, Deputi IV Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, (Rudy, 2023) “Perkembangan AI di Indonesia sangat berkorelasi dengan pengguna internet dimana pada tahun 2023 tercatat ada 213 juta atau lebih dari 77% populasi Indonesia sudah menjadi pengguna internet dan juga pertumbuhan startup yang memanfaatkan teknologi ini dalam menunjang kegiatan bisnis,” jelasnya. Jadi penggunaan AI sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat indonesia, terutama AI sering kali dipakai untuk kegiatan sehari-hari, baik untuk perekonomian, pendidikan, sosial dan banyak lagi.

 

Sebelumnya, kalian tahu nggak tentang AI? AI adalah singkatan dari Artificial Intelligence yang berarti kecerdasan buatan. AI adalah teknologi yang dirancang untuk membuat komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. AI dapat berpikir, belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan cepat dan efisien, (Moh. Ayub ismail, 2023). karena itulah, AI sangat terkenal membantu para masyarakat, termasuk siswa-siswi dari semua jenjang pendidikan. Bahkan, pekerja kantoran pun banyak menggunakan AI dalam pekerjaannya karena kecepatan dan mudahnya akses dalam penggunaanya.

Bayangkan dunia di mana mobil bisa mengemudi sendiri, aplikasi ponsel memahami kebutuhan Anda tanpa diminta, atau dokter bisa mendiagnosis penyakit dengan presisi super cepat. Semua itu adalah hasil dari Artificial Intelligence (AI), teknologi canggih yang semakin mengubah cara kita hidup dan bekerja. Tapi, seperti pedang bermata dua, AI punya sisi positif dan negatif. Yuk, kita eksplorasi bersama!

  1. Pekerjaan dimudahkan dan lebih cepat selesai.

Tentu dengan adanya AI, tugas-tugas masyarakat sangat terbantu, dan lebih mudah di selesaikan tanpa harus berpikir ulang. Sebagai pengguna AI juga, saya merasakan efek dari manfaat AI yang ini, dalam mengoreksi tanda baca saya sering menggunakan AI bahkan mengoreksi kesalahan pengetikan.

  1. Membantu mengilustrasikan sesuatu dengan hanya satu perintah.

Pernah gak sih dengar AI bisa menggambar? AI bisa mengilustrasikan segala yang kita perintahkan, misal kalian memberi perintah; tolong buatkan ilustrasi laki-laki berkacamata sedang memakan burger. Pastinya akan keluar ilustrasi tersebut. Ini berguna untuk beberapa orang yang membutuhkan ilustrasi dalam pekerjaannya.

  1. Hiburan yang lebih personal.

Heran kenapa Netflix atau Spotify selalu tahu film atau lagu favorit Anda? Itu semua berkat AI yang mempelajari preferensi Anda. AI bahkan digunakan dalam video game untuk menciptakan pengalaman bermain yang lebih dinamis dan menantang!

Tetapi, dari beberapa hal menarik yang sudah dibicarakan, tentu saja AI punya dampak buruk yang nyata. Benar, AI tidak sempurna, bahkan penggunaan AI berlebihan dapat berdampak pada pengguna, seperti contoh nyata dari salah satu remaja yang menggunakan Chat.AI, mengalami ketergantungan dan jatuh cinta pada AI.

Dikutip dari Beautynesia (Nadya, 2024), remaja 14 tahun itu mengakhiri hidupnya setelah melakukan obrolan dengan salah satu bot AI dan menjalin hubungan romansa. Sewell Setzer, pemuda asal Amerika Serikat melakukan chat intim dengan bot AI karakter serial Game of Thrones, yaitu Daenerys Targaryen. Walau pada awalnya hanya chat romansa intim biasa, Sewell Setzer seperti di dorong untuk bunuh diri dengan bot AI tersebut.

Itulah contoh nyata dampak buruk dari AI, dan masih sangat banyak dampak buruk dari AI. Yaitu;

  1. Scam dengan suara atau gambar palsu yang dibuat AI.

Seringkali kita temukan suara-suara para selebriti atau salah satu orang pemerintahan yang menawarkan diskon atau hal-hal lain. Namun, harus hati-hati mulai sekarang. Karena, tidak semua dari itu adalah kebenaran. Sangat banyak sekarang suara-suara AI yang dapat dirubah menjadi suara orang lain. AI juga dapat merubah foto, bahkan foto yang awalnya biasa saja, AI bisa merubah itu menjadi foto yang tidak senonoh.

  1. Ketergantungan berlebihan.

Tentu karena segala keefektifan dan efisiensi yang diberikan AI, masyarakat dan kebanyakan Gen Z menggunakan AI untuk mengerjakan pekerjaan mereka, hingga mereka berketergantungan berlebih, sampai-sampai karena AI tersebutlah mereka tidak mau berusaha dan hanya ingin menerima hasil tanpa berusaha.

  1. Mengancam Lapangan Kerja

“Kalau robot bisa kerja, apa kabar manusia?” Pertanyaan ini sering muncul. Otomatisasi berbasis AI memang menggantikan pekerjaan manual, terutama di sektor pabrik dan administrasi. Pastinya AI sangat mengancam keberadaan manusia, dan pasti kedepannya AI bisa jadi menggantikan beberapa pekerjaan manusia dan membuat manusia mengalami tsunami pengangguran.

Kita tak bisa menghentikan perkembangan AI, tapi kita bisa mengendalikannya. Asal kita memiliki langkah yang tepat, kita tak akan terperosok ke jurang. Semua hal memiliki jalan terbaik, AI pun begitu. Memang kita tidak akan bisa asal memberhentikan AI, namun mungkin, kita bisa menjadikan AI sebagai partner, bukan babu.

Alih-alih khawatir kehilangan pekerjaan, tenaga kerja bisa diberi pelatihan untuk mengisi peran baru yang melibatkan AI. Dengan begitu, manusia dan AI bisa berkolaborasi dan menjadi partner baik. Kita juga perlu mengedukasi masyarakat untuk mengenali ciri-ciri konten palsu, seperti penggunaan aplikasi deepfake dan voice synthesis.

Dengan memanfaatkan AI juga dapat memudahkan pekerjaan manusia seperti pada penelitian oleh Rajkomar et al. (2019) telah mengungkapkan potensi besar penggunaan Artificial intelligence (AI) dalam meningkatkan diagnosa medis dan perawatan kesehatan. AI memiliki kemampuan untuk menganalisis data medis yang besar dan kompleks, mengidentifikasi pola serta membantu dokter dalam membuat keputusan yang lebih akurat dan tepat waktu (Rajkomar et al, 2019).

Pemerintah dan lembaga pendidikan bisa mengadakan kampanye literasi digital serta dari masyarakat sendiri bisa perlahan untuk tidak langsung percaya dengan informasi yang baru didapatkan. Bot AI harus dilengkapi algoritma yang mampu mendeteksi tanda-tanda depresi atau pikiran bunuh diri dan memberikan respons yang sesuai, seperti menyarankan pengguna untuk menghubungi profesional kesehatan mental dan yang terakhir pemerintah perlu menetapkan regulasi tentang desain AI agar interaksi dengan manusia tidak memicu efek psikologis negatif.

 

Referensi:

Agustini, pratiwi. 2023. “Sekjen Kominfo: Penggunaan AI Harus Sesuai dengan Nilai Etika di Indonesia.”

Masrichah, siti. 2023. “Ancaman dan peluang artificial intelligence.” 3(3)

Nadia, quamila. 2024. “Remaja 14 Tahun Akhiri Hidup Usai Chatting Dengan Character.Ai. Alami Ketergantungan Jatuh Cinta”.